Salaf,”Mata Air Kehidupa”.

Alam dengan keindahannya membuat candu para penjelaja, saya sendiri adalah pencandu pada keindahan semesta yang di cipatkan Tuhan. Salaf. Saya mendengar keindahannya dari cerita bayak orang sejak lama, ingin sekali melihatya dari jarak yang di pandang mata, tampa mendengar lagi dari bisikan orang-orang di sekitar saya. Keinginan menyaksikan cerita tentang salaf begitu mengebu di lubuk hati, imajinasi tentang keindahan semesta membuatku lari walaupun jarak begitu jau. tepat hari ini Kamis 20 Mei 2021,Tuhan begitu adil membirikan keberkahan hidup untuk menyaksikan deras dan dinginnya air salaf dari jarak yang di pandang mata. Perjalana ke salaf, di sambut dengan pohon-pohon rindang, ponorama batu-batu kali dan tebing-tebing yang tinggi membuat mata setiap orang terpesona, lensa kamera tampa berhenti untuk memotret, saya menikmatinya dengan liku rintangan, hamparan batu kali, mendaki gunung, turun gunung, dan berenang melewati kedalam kali salaf adalah rintangan setiap telapak kaki yang melangka menuju puncak salaf. Perjalanan dari kampung (Aruan) ke Salaf menempu jarak 3 jam lamanya, berpacu dengan Pecek (Lumpur) membuat saya dan kawan-kawan menikmati perjalanan di tenga penderitan sakit kaki yang di rasakan tusukan duri dari pohon sagu dan duri rotan hutan, namun semua derita terbayar ketika mendengar deras suara percikan-percikan air salaf dari batu-batu tebing nan tinggi itu. Saya” meruduk bermunajat kepada Tuhan atas cipatnya, “Air salaf” Tempat yang pertama kalinya saya menginjak kaki di atas batu-batu kali dan merasakan dingin air nya itu. Saya takjub. Dari mata air yang mengalir inilah ratusan ribu orang telah merasakan dinginya “Air Salaf”sejenak saya berfikir kalimat Tuhan yang begitu sempurna dan selalu di ulang-ulang فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ (Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan). Inilah kalimat ilmiah yang begitu sempurna, namun terkadang kita sebagai manusia sering lupa untuk bersyukur atas apa yang di ciptakan oleh Allah SWT. Saya dan adik-adik menghabiskan waktu beberapa jam untuk menikmati keindahan salaf, merasakan, ikan sarufan, ikan julung, Anyanyi.dan sagu adalah makan khas kampung yang memiliki rasa khas sendiri. Beberapa adik-adik yang jarang baru pulang kampung. Seperti. Darsi. diri Ambon. Fitri,Radia, saya diri Manokwari. Kami menikmati sajian makan kahsa kampung di daun-daun pohon rotan, dan meneguk air salaf dari mata air yang biru itu penuh nikmat rasanya. Salaf dengan mata Airnya membuat persatua dalam kehidupan yang bergotong royong. Semoga titik Ari salaf yang dingin membuat persatuan semakin utuh.

Aruan,21 Mei 2021

Oleh.Saleh Safua

Salaf.city
Kali salaf

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai